Senin, 22 Desember 2008

Perkembangan Teknologi Televisi

KONSEKUENSI DAN DAMPAK PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TELEVISI
Konsekuensi dan Dampak Perkembangan Teknologi Televisi
A. Pengertian, Sejarah, Penemuan dan Perkembangan Televisi
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision. Tele berarti jauh dan vision berarti tampak. Jadi, secara harafiah televisi dapat berarti berarti tampak atau dapat dilihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' biasa disebut dengan tv (dibaca tivi atau teve).
Seperti halnya penemuan media elektronik lainnya, penemuan televisi juga melelui serangkaian eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan. Penemuan televisi tentunya tidak dapat dipisahkan dari prinsip kerja gelombang elektromagnetik yang telah ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday pada tahun 1831 yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.
Awal munculnya televisi adalah saat ditemukannya selenium kamera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik pada tahun 1876 oleh George Carey. Kemudian, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai sinar katoda. Pada tahun 1884, Paul Nipkov, Ilmuwan dari Jerman, berhasil mengirimkan gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut teleskop elektrik dengan resolusi 18 garis. Berikutnya, pada tahun 1888, Freidrich Reinitzeer, seorang ahli botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Namun LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun berikutnya.
Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama kali diciptakan ilmuwan Jerman pada tahun 1897 oleh Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar bila terkena sinar. Inilah yang menjadi dasar ditemukannya televisi layar tabung. Istilah Televisi baru pertama kali dikemukakan oleh Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris tahun 1900.
Tahun 1907, Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar. Kemudian pada 1927, Philo T. Farnsworth, ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat, mengembangkan televisi modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja televisi.
Vladimir Kosma Zworykin dari Rusia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT. Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis pada tahun 1940. Kemudian, sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan dikemukakan oleh Dr. Glenn Brown.
Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber dengan mulai merancang layar plasma berwarna. James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis. Sedangkan layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.
Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru Organic Light Emitting Diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED. Sementara Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.
Pada tahun 1981, Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis. Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya pada tahun 1995, proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Pada dekade 2000, masing-masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.Dalam perkembangannya, terdapat berbagai macam jenis televisi, yaitu. Televisi digital (Digital Television, DTV), TV Resolusi Tinggi (High Definition TV, HDTV), Video Resolusi Ultra Tinggi (Ultra High Definition Video, UHDV), dan Direct Broadcast Satellite TV (DBS). Adapula yang disebut dengan Pay Per View, Televisi internet, TV Web , Video atas-permintaan (Video on-demand, VOD) , Gambar-dalam-Gambar (Picture-In-Picture, PiP), Auto channel preset, Perekam Video Digital, DVD, CableCARD, Pemprosesan Cahaya Digital (Digital Light Processing, DLP), LCD dan Plasma display TV Layar Datar, High-Definition Multimedia Interface (HDMI), The Broadcast Flag, dan Digital Rights Management (DRM).
Hingga saat ini terdapat tidak kurang dari 70 stasiun televisi yang tersebar di berbagai Negara. Stasiun-stasiun televisi tersebut antara lain adalah CNN dan MTV (Amerika Serikat), Telefe (Argentina), TVRI (Indonesia), BBC (Inggris), TV Asahi dan Nippon TV (Jepang), TV5 (Perancis), dan TV3 (Malaysia).
B. Televisi Siaran di Indonesia
Televisi mulai diperkenalkan pada masyarakat umum sejak 1930-an di Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia. Pecahnya Perang Dunia II menyebabkan kegiatan penyempurnaan televisi siaran terhambat. Kegiatan ini baru dilanjutkan kembali dan televisi siaran kembali dimunculkan kepada umum setelah perang berakhir.
Komunikasi melalui televisi berkembang ke seluruh dunia. Negara-negara yang baru merdeka pada waktu itu pun mengoperasikan televisi siaran sebagai teknologi mutakhir. Untuk kawasan ASEAN sendiri, Negara yang paling awal menyelenggarakan televisi siaran adalah Philipina. Penyelenggaraan televisi siaran ini kemudian diikuti oleh Negara-negara ASEAN lainnya, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Di Indonesia, kegiatan penyiaran melalui televisi dimulai pada tahun 1962. Penyelenggaraan televisi siaran tersebut bertepatan dengan diselenggarakannya Asian Games IV yang dilaksanakan di Senayan, Jakarta. Bertepatan dengan itu pula Televisi Republik Indonesia ditetapkan sebagai station call hingga saat ini. Hari pembukaan Asian Games IV ini yang jatuh pada tanggal 14 Agustus kemudian diperingati sebagai hari jadi TVRI.
Penggunaan Satelit Palapa untuk siaran televisi dan telekomunikasi diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1976. Oleh karenanya, siaran televisi dapat menjangkau hamper seluruh masyarakat di Indonesia hingga sekarang ini. Sejak awal tahun 1989, di Indonesia mulai bermunculan stasiun-stasiun televisi selain TVRI yang bersifat komersial. Stasiun televisi komersial yang pertama berdiri adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Kemunculan RCTI ini kemudian disusul oleh munculnya Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), dan Andalas Televisi (ANteve).Hingga saat ini, terdapat begitu banyak stasiun televisi komersial di Indonesia, baik yang berskala nasional maupun lokal. Ada sebelas stasiun televisi nasional yang ada di Indonesia, yaitu Cakrawala Andalas Televisi (antv), Global TV (GTV), Indosiar Visual Mandiri (Indosiar), Lativi, MetroTV, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV), Trans 7, Televisi Republik Indonesia (TVRI). Adapun televisi khusus yang berskala nasional, yaitu Televisi Edukasi (TV E), SWARA Channel, dan Qtv Network. Di Indonesia juga terdapat lebih dari 100 stasiun televisi lokal yang tersebar hampir di seluruh provinsi dan daerah, diantaranya RBTV dan Jogja TV (Yogyakarta), Deli TV (Sumatera Utara), Sriwijaya TV (Palembang), Spacetoon & Elshinta TV (Jakarta), Bali TV (Bali) serta TVKU dan TV Borobudur (Semarang).
C. Televisi,Konsekuensi serta Dampak Penggunaannya
Teknologi Informasi (TI) yang berkembang hingga saat ini tentunya amat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap seluruh proses globalisasi. Mulai dari wahana TI yang paling sederhana berupa perangkat radio dan televisi, hingga yang lebih kompleks seperti internet dan telepon gengam. Dengan kemajuan di bidang TI, informasi mengalir setiap waktu dan tidak mengenal batas wilayah.
Tayangan televisi sudah dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat (di Indonesia dan di dunia). Karakteristik yang dimilikinya membuat televisi menjadi sesuatu media yang mudah dinikmati oleh semua kalangan, sekalipun seseorang memiliki keterbatasan indera. Televisi dapat dinikmati oleh orang yang buta huruf, tuna rungu (dengan hanya melihat gambar), bahkan tuna netra sekalipun (hanya mendengar suaranya).
Televisi saat ini sudah bukan merupakan barang mewah dan bukan lagi sebuah kemajuan teknologi yang membuat orang takjub. Televisi sudah menjadi konsumsi masyarakat luas, baik di kalangan atas, menengah, hingga bawah sekalipun. Di samping itu, televisi dapat menjadi suatu media yang bersifat adaptif. Misalnya, program-programnya sangat Islami saat bulan Ramadhan tiba dan sangat Kristiani saat Natal tiba.
Kemajuan teknologi televisi dan program-programnya tidak dapat dipungkiri juga membawa dampak yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat. Bagaimana bisa dikatakan demikian? Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah masyarakat yang mengkonsumsi televisi sebagai media yang terbilang sangat besar. Televisi menyajikan segala sesuatu yang menarik perhatian pemirsanya. Segala jenis program dengan berbagai segmen terdapat di dalamnya. Dari tayangan berbau mistik/takhayul dan kekerasan, tayangan religi, berita, program anak, hingga tayangan bagi orang dewasa yang berbau pornografi (walaupun sudah disensor) termuat dalam siaran televisi.
Beberapa pengamat televisi menganggap bahwa program-program yang ditayangkan saat ini sudah melampaui batas. Oleh karenanya, diperlukan perhatian dan kontrol yang serius, baik dari pemerintah, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), maupun dari masyarakat itu sendiri.
Selain patut untuk disyukuri, kemajuan teknologi yang ada (dalam konteks ini televisi) juga harus diwaspadai. Kemudahan mendapatkan informasi, hiburan, dan kemudahan-kemudahan lain yang ditawarkan oleh televisi dapat membantu kita untuk membuka wawasan dan mengenal dunia lebuh luas lagi. Akan tetapi, jika masyarakat (pemirsa) tidak memiliki filter yang kuat dalam menerima terpaan media televisi ini maka tidak tertutup kemungkinan bahwa nilai-nilai negatif juga dapat terserap dan dampak yang paling memprihatinkan adalah terjadinya degradasi moral.
Sebagai contoh dampak tayangan televisi serta konsekuensi terhadap masyarakat (Indonesia) adalah dari segi gaya hidup (lifestyle). Seseorang mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh-tokoh atau gaya hidup orang barat, misalnya tampak pada pakaian yang digunakan. Banyaknya tayangan yang mengarah pada upaya persuasif pada masyarakat juga mempengaruhi masyarakat untuk semakin konsumtif.
Namun, tidak semua program yang ditayangkan oleh televisi berdampak negatif bagi masyarakat. Televisi pun mempunyai pengaruh baik bagi masyarakat. Televisi membuka pemahaman mengenai informasi baru, biasanya terdapat dalam program-program berita (politik, wisata, kuliner, dsb). Televisi juga bertindak pendorong anak-anak untuk belajar acara edukasi dan dapat mengajarkan pada anak tentang nilai-nilai yang penting serta pelajaran mengenai kehidupan nyata.
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui berbagai dampak serta konsekuensi yang ditimbukan oleh tayangan televisi. Positif atau negatif, baik atau buruknya dampak televisi bergantung pada bagaimana masyarakat menyikapinya. Hal yang diperlukan adalah kontrol dan perhatian yang serius dari seluruh pihak. Orang tua juga harus berperan aktif dalam mengontrol anak-anaknya saat menyaksikan tayangan televisi. Seperti kasus-kasus yang terjadi beberapa waktu lalu, ketika banyak anak yang terluka bahkan diantaranya meninggal dunia karena melakukan tindakan kekerasan seperti yang mereka lihat di televisi, selain menuntut pihak-pihak tertentu, orang tua hendaknya juga melakukan introspeksi diri menganai pengawasan yang mereka berikan pada anak-anak mereka.
Kendatipun kemajuan teknologi televisi dan teknologi-teknologi lain di bidang media hingga saat ini sangat luar biasa, tetapi suatu media tidak dapat menggantikan posisi media lainnya. Hal ini dikarenakan setiap media memiliki karakteristiknya masing-masing yang berbada dari media lainnya. Karakteristik media inilah yang kemudian berpengaruh terhadap preferensi masyarakat dalam memilih media sesuai keinginannya

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TELEVISI DI DUNIA


Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia sendiri 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.

Televisi analog mengkodekan informasi gambar dengan memvariasikan voltase dan/atau frekuensi dari sinyal. Seluruh sistem sebelum Televisi digital dapat dimasukan ke analog.

Sistem yang dipergunakan dalam televisi analog adalah NTSC (National Television System(s)) Committee, badan industri pembuat standar yang menciptakannya. Sistem ini sebagian besar diteraapkan di Amerika Serikat (AS) dan beberapa bagian Asia Timur, seperti: China/Tiongkok, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Taiwan, Mongolia.

Sementara, sistem PAL (Phase-Alternating Line, phase alternation by line atau untuk phase alternation line). Dalam bahasa Indonesia: garis alternasi fase), adalah sebuah encoding berwarna digunakan dalam sistem televisi broadcast, digunakan di seluruh dunia. PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter Bruch, yang bekerja di Telefunken, dan pertama kali diperkenalkan pada 1967.

Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) adalah jenis TV yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi. Televisi resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV), yaitu: standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. Ia memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL yang digunakan di Indonesia.

Televisi kabel adalah sistem penyiaran acara televisi lewat frekuensi radio melalui serat optik atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap antena. Selain acara televisi, acara radio FM, internet, dan telephon juga dapat disampaikan lewat kabel.

Sistem ini banyak dijumpai di Amerika Utara, Eropa, Australia, Asia Timur, Amerika Selatan, dan Timur Tengah. Televisi kabel kurang berhasil di Afrika karena kepadatan penduduk yang rendah di berbagai daerah. Seperti halnya radio, frekuensi yang berbeda digunakan untuk menyebarkan banyak saluran lewat satu kabel. Sebuah kotak penerima digunakan untuk memilih satu saluran televisi. Sistem televisi kabel modern sekarang menggunakan teknologi digital untuk menyiarkan lebih banyak saluran televisi daripada sistem analog.

Televisi satelit adalah televisi yang dipancarkan dengan cara yang mirip seperti komunikasi satelit, serta bisa disamakan dengan televisi lokal dan televisi kabel. Di banyak tempat di bumi ini, layanan televisi satelit menambah sinyal lokal yang kuno, menghasilkan jangkauan saluran dan layanan yang lebih luas, termasuk untuk layanan berbayar.

Sinyal televisi satelit pertama disiarkan dari benua Eropa ke satelit Telstar di atas Amerika Utara pada tahun 1962. Satelit komunikasi geosynchronous pertama, Syncom 2 diluncurkan pada tahun 1963. Komunikasi satelit komersial pertama di dunia, disebut Intelsat_I (disebut juga Early Bird), diluncurkan ke orbit pada tanggal 6 April 1965. Satelit jaringan televisi nasional pertama, Orbita, dibuat di Uni Soviet pada tahun 1967. Satelit domestik Amerika Utara pertama yang memuat siaran televisi adalah geostasiun Anik 1 milik Kanada, yang diluncurkan pada tahun 1872.id:Satellite television.

Perkembangan Teknologi Televisi


Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masing-masing jauh dan tampak (wikipedia.org). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV. televisi merupakan salah satu sumber informasi yang bersifat satu arah, linier communication. Televisi selain dapat digunakan sebagai media edukasi, informasi juga dapat berperan sebagai media entertainment bagi para pemirsanya. Peran televisi sebagai media massa adalah hal yang melekat, dan merupakan media massa yang dapat dipublikasikan secara cepat.
Sama juga seperti radio, pada awalnya untuk mendapatkan gelombang siaran, televisi juga membutuhkan antena karena harus melakukan proses encoding dari gelombang yang ditransmisikan oleh stasiun televisi, awalnya untuk mencari siaran televisi juga dilakukan secara manual layaknya frekuensi radio (masih analog), kemudian mulai dikembangkan teknologi yang lebih digital maka tercipta remote dan untuk melakukan tuning siaran televisi cukup dengan menekan tombol dari remote pada masa ini hanya stasiun televisi lokal dan nasional yang dapat dinikmati.

Perkembangan Terbaru
Perkembangan televisi yang menjadi trend pada saat ini adalah Televisi Kabel. Televisi kabel adalah sistem penyiaran acara televisi lewat frekuensi radio melalui serat optik atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap antena (wikipedia.org). Selain acara televisi, acara radio FM, internet, dan telepon juga dapat disampaikan lewat kabel.
Sistem ini banyak dijumpai di Amerika Utara, Eropa, Australia, Asia Timur, Amerika Selatan, dan Timur Tengah. Televisi kabel kurang berhasil di Afrika karena kepadatan penduduk yang rendah di berbagai daerah. Seperti halnya radio, frekuensi yang berbeda digunakan untuk menyebarkan banyak saluran lewat satu kabel. Sebuah kotak penerima digunakan untuk memilih satu saluran televisi. Sistem televisi kabel modern sekarang menggunakan teknologi digital untuk menyiarkan lebih banyak saluran televisi daripada sistem analog.

Pandangan
Perkembangan teknologi televisi ini hendaknya dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi penting. Kemudahan memperoleh informasi lintas negara semakin menunjukkan globalisasi yang semakin hari semakin melekat pada tiap diri khalayak. Dengan menyikapi perkembangan televisi untuk hal yang positif, maka akan dengan sendirinya teknologi tersebut telah benar-benar bermanfaat.
Pasti ada berbagai pandangan dalam melihat sebuah hal, begitu pula dengan perkembangan televisi kabel. Dengan maraknya penggunaan kabel fiber optik dalam berbagai hal, menyebabkan banyak terjadi penggalian jalan raya sehingga membuat pengguna jalan menjadi tidak nyaman.
Dipandang dari segi sosial budaya, ada yang berpendapat bahwa dengan semakin maraknya penggunaan televisi kabel menyebabkan tayangan-tayangan yang global, khususnya tayangan yang menyajikan kebudayaan barat, menjadi konsumsi masyarakat Indonesia pada khususnya dan menyebabkan terjadinya pergeseran nilai sosial budaya yang dibawa dengan menggunakan tayangan
Perkembangan teknologi akan terus berkembang, inovasi-inovasi terbaru akan terus bermunculan. Manfaatkan perkembangan teknologi tersebut untuk kepentingan positif dan tidak merugikan masyarakat umum. Perkuat nilai religius, sosial, dan budaya yang dianut agar memiliki konsep diri yang kuat, serta tidak mudah diombang-ambingkan oleh perubahan-perubahan yang disebabkan oleh perkembangan-perkembangan.

Kamis, 18 Desember 2008

Tugas Konvergensi Media

TANTANGAN MASA DEPAN KONVERGENSI MEDIA

Berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi (information and communication technology / ICT) selama dekade terakhir membawa tren baru di dunia industri komunikasi yakni hadirnya beragam media yang menggabungkan teknologi komunikasi baru dan teknologi komunikasi massa tradisional. Pada dataran praktis maupun teoritis, fenomena yang sering disebut sebagai konvergensi media ini memunculkan beberapa konsekuensi penting. Di ranah praktis, konvergensi media bukan saja memperkaya informasi yang disajikan, melainkan juga memberi pilihan kepada khalayak untuk memilih informasi yang sesuai dengan selera mereka. Tidak kalah serius, konvergensi media memberikan kesempatan baru yang radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik yang bersifat visual, audio, data dan sebagainya (Preston: 2001).
Fenomena jurnalisme online sekarang ini menjadi contoh menarik. Khalayak pengakses media konvergen alias ”pembaca” tinggal meng-click informasi yang diinginkan di komputer yang sudah dilengkapi dengan aplikasi internet untuk mengetahui informasi yang dikehendaki dan sejenak kemudian informasi itupun muncul. Alhasil, aplikasi teknologi komunikasi terbukti mampu mem-by pass jalur transportasi pengiriman informasi media kepada khalayaknya. Di sisi lain, jurnalisme online juga memampukan wartawan untuk terus-menerus meng-up date informasi yang mereka tampilkan seiring dengan temuan-temuan baru di lapangan. Dalam konteks ini, konsekuensi lanjutnya adalah berkurangnya fungsi editor dari sebuah lembaga pers karena wartawan relatif mempunyai kebebasan untuk segera meng-up load informasi baru tanpa terkendala lagi oleh mekanisme kerja lembaga pers konvensional yang relatif panjang.
Pada aras teoritik, dengan munculnya media konvergen maka sejumlah pengertian mendasar tentang komunikasi massa tradisional terasa perlu diperdebatkan kembali. Konvergensi menimbulkan perubahan signifikan dalam ciri-ciri komunikasi massa tradisional atau konvensional. Media konvergen memadukan ciri-ciri komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi dalam satu media sekaligus. Karenanya, terjadi apa yang disebut sebagai demasivikasi (demasssification), yakni kondisi di mana ciri utama media massa yang menyebarkan informasi secara masif menjadi lenyap. Arus informasi yang berlangsung menjadi makin personal, karena tiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih informasi yang mereka butuhkan.
Dalam catatan McMillan (2004), teknologi komunikasi baru memungkinkan sebuah media memfasilitasi komunikasi interpersonal yang termediasi. Dahulu ketika internet muncul di penghujung abad ke-21, pengguna internet dan masyarakat luas masih mengidentikkannya sebagai ”alat” semata. Berbeda halnya sekarang, internet menjadi ”media” tersendiri yang bahkan mempunyai kemampuan interaktif. Sifat interactivity dari penggunaan media konvergen telah melampaui kemampuan potensi umpan balik (feedback), karena seorang khalayak pengakses media konvergen secara langsung memberikan umpan balik atas pesan-pesan yang disampaikan. Karakteristik komunikasi massa tradisional di mana umpan baliknya tertunda menjadi lenyap karena kemampuan interaktif media konvergen. Oleh karenanya, diperlukan pendekatan baru di dalam melihat fenomena komunikasi massa. Disebabkan karena sifat interactivity media komunikasi baru, maka pokok-pokok pendekatan linear (SMCRE = source  message  channel  receiver  effect/feedback) komunikasi massa terasa kurang relevan lagi untuk media konvergen.
Dalam konteks yang lebih luas, konvergensi media sesungguhnya bukan saja memperlihatkan perkembangan teknologi yang kian cepat. Konvergensi mengubah hubungan antara teknologi, industri, pasar, gaya hidup dan khalayak. Singkatnya, konvergensi mengubah pola-pola hubungan produksi dan konsumsi, yang penggunaannya berdampak serius pada berbagai bidang seperti ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan. Di negara maju semacam Amerika sendiri terdapat tren menurunnya pelanggan media cetak dan naiknya pelanggan internet. Bahkan diramalkan bahwa dalam beberapa dekade mendatang di negara tersebut masyarakat akan meninggalkan media massa tradisional dan beralih ke media konvergen. Jika tren-tren seperti itu merebak ke berbagai negara, bukan tidak mungkin suatu saat nanti peran pers online akan menggantikan peran pers tradisional. Konvergensi memberikan kesempatan baru kepada publik untuk memperluas pilihan akses media sesuai selera mereka. Dari sisi ekonomi media, konvergensi berarti peluang-peluang profesi baru di dunia industri komunikasi.
Tidak kalah pentingnya di dalam mempersiapkan sumber daya yang mampu merespon kebutuhan pasar ke depan adalah sektor pendidikan. Pendidikan sekarang harus mampu merespon tantangan perubahan yang salah satunya diakibatkan oleh merebaknya media konvergen. Terutama untuk jenjang pendidikan tinggi, diperlukan bukan saja kurikulum yang merangkum pelbagai aspek teknis mekanis teknologi komunikasi baru (ICT); melainkan juga perlu ditanamkan kaidah-kaidah profesional sehingga pada saatnya nanti para lulusan dapat berkarya di masyarakat secara etis dan bertanggung jawab.

Regulasi Konvergensi
Sifat alamiah perkembangan teknologi selalu saja mempunyai dua sisi, positif dan negatif. Di samping optimalisasi sisi positif, antisipasi terhadap sisi negatif konvergensi nampaknya perlu dikedepankan sehingga konvergensi teknologi mampu membawa kemaslahatan bersama. Pada aras politik ini diperlukan regulasi yang memadai agar khalayak terlindungi dari dampak buruk konvergensi media. Regulasi menjaga konsekuensi logis dari permainan simbol budaya yang ditampilkan oleh media konvergen. Tujuannya jelas, yakni agar tidak terjadi tabrakan kepentingan yang menjadikan salah satu pihak menjadi dirugikan. Terutama bagi kalangan pengguna atau publik yang memiliki potensi terbesar sebagai pihak yang dirugikan alias menjadi korban dari konvergensi media.
Persoalan pertama regulasi menyangkut seberapa jauh masyarakat mempunyai hak untuk mengakses media konvergen, dan seberapa jauh distribusi media konvergen mampu dijangkau oleh masyarakat. Problem mendasar dari regulasi konvergensi media dalam konteks ini terkait dengan seberapa jauh masyarakat mempunyai akses terhadap media konvergen dan seberapa jauh isi media konvergen dapat dianggap tidak melanggar norma yang berlaku. Kekhawatiran sebagian kalangan bahwa isi media konvergen pada bagian tertentu akan merusak moral generasi muda merupakan salah satu poin penting yang harus dipikirkan oleh para pelaku media konvergen.
Beberapa pertanyaan pokok yang harus dijawab terkait dengan isu regulasi media konvergen adalah; pertama, siapa yang paling berkewajiban untuk membuat format kebijakan yang mampu mengakomodasi seluruh kepentingan aktor-aktor yang telibat dalam konvergensi dan kedua adalah bagaimana isi regulasi sendiri mampu menjawab tantangan dunia konvergen yang tak terbendung. Pertanyaan terakhir ini menarik, karena perkembangan teknologi umumnya selalu mendahului regulasi. Dengan kata lain, regulasi hampir selalu ketinggalan jika dibandingkan dengan perkembangan teknologi komunikasi.
Dalam hal penciptaan regulasi konvergensi media, institusi yang paling berwenang membuat regulasi adalah pemerintah atau negara. Cara pandang demikian dapat dipahami jika dilihat dari fungsi negara sebagai regulatory agent di dalam menjaga hubungan antara pasar dan masyarakat. Di satu sisi negara memegang kedaulatan publik dan di sisi lain negara mempunyai apparatus yang berfungsi menjaga efektif tidaknya sebuah regulasi. Gambaran ideal dari hubungan tiga aktor konvergensi (negara, pasar, masyarakat) ini mestinya berlangsung secara harmonis dan seimbang. Jangan sampai terdapat salah satu pihak yang mendominasi yang lain, misalnya media konvergen cenderung mendominasi masyarakat, sementara masyarakat tidak punya pilihan lain selain menerima apa adanya tampilan-tampilan yang ada pada media.
Membangun sebuah regulasi yang komprehensif dan berdimensi jangka panjang tentu saja bukan hal yang mudah. Bahkan dalam konteks perkembangan teknologi komunikasi yang makin cepat, regulasi yang berdimensi jangka panjang nampaknya hampir menjadi satu hal yang mustahil. Adagium tentang regulasi yang selalu ketinggalan dibandingkan perkembangan teknologi mesti disikapi secara bijak. Pasalnya, sebuah bangunan kebijakan selalu mengandung celah multiinterpretasi sehingga bisa saja hal itu dimanfaatkan untuk menampilkan citraan media yang luput dari tujuan kebijakan. Di sisi lain, pada saat sebuah kebijakan disahkan dan dicoba diimplementasikan, boleh jadi telah muncul varian teknologi baru yang tak terjangkau oleh regulasi tersebut. Ini tidak berarti bahwa pembuatan regulasi tak harus dilakukan, bagaimanapun regulasi menjadi kebutuhan mendesak agar teknologi komunikasi baru tidak menjadi instrumen degradasi moral atau menjadi alat kelas berkuasa untuk menidurkan kesadaran orang banyak.
Regulasi tetap diperlukan untuk mengawal nilai-nilai kemanusiaan dalam hubungan antarmanusia itu sendiri. Beberapa isu menarik layak direnungkan dalam konteks penyusunan regulasi. Pertama adalah bagaimana pengambil kebijakan mendefinisikan batasan sektor-sektor yang akan dikenai kebijakan, misalnya saja soal hukum yang dapat dijalankan. Kedua bagaimana situasi pasar dan hak cipta diterjemahkan. Wilayah ini menyangkut soal self regulation dan kondisi standarisasi hak cipta. Ketiga, bagaimana soal akses pada jaringan media serta kondisi sistem akses itu sendiri. Persoalan seperti pengaturan decoder TV digital maupun content media menjadi layak kaji dalam hal ini. Keempat, akses pada spektrum frekuensi, kelima mengenai standar jangkauan atau sejauh mana media konvergen dapat dijangkau oleh khalayak serta apakah sebuah akses harus disertai dengan harga yang harus dibayar oleh khalayak. Dan terakhir menyangkut sejauh mana kepentingan khalayak diakomodasi oleh regulasi, misalnya sejauh mana freedom of speech dan kalangan minoritas benar-benar mendapat perlindungan dalam sebuah kebijakan.
**********
* Artikel ini pernah dimuat di harian BERNAS JOGJA edisi Kamis, 5 April 2007.
** Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Abunavis’s webblog
Blognya Anang Hermawan

Selasa, 11 November 2008

Tugas Kunjungan ke TV Banten

Nama : AGUS HERMAWAN

NIM : 031214

- Perkembangan Teknologi Komunikasi -

T E L E V I S I

* Perkembangan Teknologi Televisi Di Dunia

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia televisi secara tidak formal disebut TV, tivi, teve atau tipi. Televisi analog megnkodekan informasi gambar dengan memvariasikan voltase dan atau frekuensi dari sinyal. Seluruh system sebelum televisi digital dapat dimasukan ke analog. System yang dipergunakan dalam televisi analog adalah NTSC (National Taelevision System (s) Committee, badan industri pembaut standar yang menciptakannya. System ini sebagian besar diterapkan di Amerika Serikat (AS) dan beberapa bagian Asia Timur, seperti: China/Tiongkok, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Taiwan, Mongolia. Sementara system PAL (Phase-Alternating Line, phase alternasi fase), adalah sebuah encoding berwarna digunakan dalam sistem televisi broadcast, digunakan di seluruh dunia. PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter Bruch, yang bekerja di Telefunken dan pertama kali diperkenalkan pada 1967. Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) adalah jenis TV yang menggunakan modulasi digital dan sistem komresi untuk menyebarluaskan video, audio dan signal data ke pesawat televisi. Televisi resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV), yaitu: standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-dound 5.1 Dolby Digital. Ia memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna matang dan depth-of-field yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL yang digunakan di Indonesia. Televisi kabel adalah sistem penyiaran acara televisi lewat frekuensi radio melalui serat optic atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap antenna. Selain acara televisi, acara radio FM, internet dan telephon juga dapat disampaikan lewat kabel. Sistem ini banyak dijumpai di Amerika Utara, Eropa, Australia, Asia Timur, Amerika Selatan dan Timur Tengah. Televisi kabel kurang berhasil di Afrika karena kepadatan penduduk yang rendah di berbagai daerah. Seperti halnya radio, frekuensi yang berbeda digunakan untuk menyebarkan banyak saluran lewat satu kabel. Sebuah kotak penerima digunakan untuk memilih satu saluran televisi. Sistem televisi kabel modern sekarang menggunakan teknologi digital untuk menyiarkan lebih banyak saluran televisi dari pada sistem analog. Televisi satelit adalah televisi yang dipancarkan dengan cara mirip seperti komunikasi satelit, serta bisa disamakan dengan televiso lokal dan televisi kabel. Di banyak tempat bumi ini, layanan televisi satelit menambah sinyal lokal yang kuno, menghasilkan jangkauan saluran dan layanan yang lebih luas, termasuk untuk layanan berbayar. Sinyal televisi saetlit pertama disiarkan dari benua Eropa ke satelit Telstar di atas Amerika Utara pada tahun 1962. Satelit komunikasi geosynchronous pertama, Syncon 2 diluncurkan pada tahun 1963. Komunikasi satelit komersial pertama di dunia, disebut Intelest_I (disebut juga Early Bird), diluncurkan ke orbit pada tanggal 6 April 1965. Satelit jaringan televisi nasional pertama, Orbita, dibuat di Uni Soviet pada tahun 1967. Satelit domestik Amerika Utara pertama yang memuat siaran televisi adalah geostasiun Anik I milik Kanada, yang diluncurkan pada tahun 1872.

* BANTEN TV

Banten TV merupakan televisi lokal yang baru beroperasi di daerah Banten dan sekitarnya pada tanggal 28 Agustus 2008. Banten TV hadir dengan misi dan visi yang baru untuk meramaikan dunia pertelevisian di Indonesia. Banten TV mendapatkan izin penyelenggaraan penyiaran dari Gubernur Banten tertinggal 12 Juli 2008 dengan nomor 550/1609-D.PHB/UP/K/VII/2005 dan kemudian dilanjutkan dengan izin penyelenggaraan penyiaran dari Dinas Perhubungan Provinsi Banten dengan nomor 555.5/695/Dishub/VIII/2006 tertanggal 16 Agustus 2006. Sejak saat itu, Banten TV beroperasi sebagai stasiun televisi lokal yang mengudara mulai 17 jam per hari.

Banten TV mempunyai komitmen untuk menjadikan TV lokal yang dapat mensinergikan instansi pemerintah dan swasta dalam rangka pelayanan berita, informasi dan hiburan yang edukatif dengan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya masyarakat untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah serta menciptakan kepuasan kepada para pemirsa dalam rangka untuk memajukan dunia pertelevisian Indonesia dan juga memajukan perkembangan bangsa dengan acara-acara yang dapat direfleksikan oleh pada pemirsa.

Dengan menggunakan tower setinggi 100 meter dan Transmitter 10kW, Banten TV berusaha menjangkau seluruh wilayah Banten yang meliputi Serang, Cilegon, Pandeglang, Lebak, Anyer, Labuan, Tangerang.

* Deskripsi

Berjamurnya TV lokal di setiap daerah sebagai pertanda bahwa dunia teknologi komunikasi khususnya di bidang penyiaran mengalami kemajuan. Di Banten contohnya, TV Banten yang berada di kota Serang ini sebagai simbol kemajuan Banten dalam bidang teknologi komunikasi.

Ketika saya dan teman-teman jurnalistik UNTIRTA melakukan kunjungan tanggal 16 September lalu, menyaksikan betapa Banten berhasil keluar dari image yang melekat sebagai jawara dengan melihat dan menelaah sistem teknologi yang ada di Banten TV.

Walaupun dengan keterbatasan alat, tempat maupun SDM. Banten TV berusaha merangkak sebagai TV yang mempunyai nilai jual tinggi dan mencuri perhatian khlayak walau pun masih banyak beberapa acara yang banyak mengadopsi dari beberapa TV nasional maupun internasional. Itu terbukti dengan keseriusan dan komitmen yang dibangun antar crew.

Saya berharap Banten TV menjadi TV lokal yang mampu bersaing dengan TV-TV lokal maupun nasional lainnya dan menjadi pertanda bangkitnya Banten dari keterpurukan perkembangan teknologi komunikasi.

Minggu, 09 November 2008

Teknologi Internet dan Website

AGUS HERMAWAN

031214

Sejarah Internet

Pada awalnya Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat di tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut ARPANET (Advanced Research Project Agency Network), di mana mereka mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware dan software komputer yang berbasis UNIX, kita bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tidak terhingga melalui saluran telepon. Proyek ARPANET merancang bentuk jaringan, kehandalan, seberapa besar informasi dapat dipindahkan, dan akhirnya semua standar yang mereka tentukan menjadi cikal bakal pembangunan protokol baru yang sekarang dikenal sebagai TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol).

Tujuan awal dibangunnya proyek itu adalah untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense) membuat sistem jaringan komputer yang tersebar dengan menghubungkan komputer di daerah-daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir dan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang dapat mudah dihancurkan.

Pada mulanya ARPANET hanya menghubungkan 3 situs saja yaitu Stanford Research Institute, University of California, Santa Barbara, University of Utah, di mana mereka membentuk satu jaringan terpadu di tahun 1969, dan secara umum ARPANET diperkenalkan pada bulan Oktober 1972. Tidak lama kemudian proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah, dan semua universitas di negara tersebut ingin bergabung, sehingga membuat ARPANET kesulitan untuk mengaturnya.

Oleh sebab itu ARPANET dipecah manjadi dua, yaitu "MILNET" untuk keperluan militer dan "ARPANET" baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti, universitas-universitas. Gabungan kedua jaringan akhirnya dikenal dengan nama DARPA Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi Internet.

[sunting] Daftar kejadian penting





Tahun

Kejadian

1957

Uni Sovyet (sekarang Rusia) meluncurkan wahana luar angkasa, Sputnik.

1958

Sebagai buntut dari "kekalahan" Amerika Serikat dalam meluncurkan wahana luar angkasa, dibentuklah sebuah badan di dalam Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Advanced Research Projects Agency (ARPA), yang bertujuan agar Amerika Serikat mampu meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi negara tersebut. Salah satu sasarannya adalah teknologi komputer.

1962

J.C.R. Licklider menulis sebuah tulisan mengenai sebuah visi di mana komputer-komputer dapat saling dihubungkan antara satu dengan lainnya secara global agar setiap komputer tersebut mampu menawarkan akses terhadap program dan juga data. Di tahun ini juga RAND Corporation memulai riset terhadap ide ini (jaringan komputer terdistribusi), yang ditujukan untuk tujuan militer.

Awal 1960-an

Teori mengenai packet-switching dapat diimplementasikan dalam dunia nyata.

Pertengahan 1960-an

ARPA mengembangkan ARPANET untuk mempromosikan "Cooperative Networking of Time-sharing Computers", dengan hanya empat buah host komputer yang dapat dihubungkan hingga tahun 1969, yakni Stanford Research Institute, University of California, Los Angeles, University of California, Santa Barbara, dan University of Utah.

1965

Istilah "Hypertext" dikeluarkan oleh Ted Nelson.

1968

Jaringan Tymnet dibuat.

1971

Anggota jaringan ARPANET bertambah menjadi 23 buah node komputer, yang terdiri atas komputer-komputer untuk riset milik pemerintah Amerika Serikat dan universitas.

1972

Sebuah kelompok kerja yang disebut dengan International Network Working Group (INWG) dibuat untuk meningkatkan teknologi jaringan komputer dan juga membuat standar-standar untuk jaringan komputer, termasuk di antaranya adalah Internet. Pembicara pertama dari organisasi ini adalah Vint Cerf, yang kemudian disebut sebagai "Bapak Internet"

1972-1974

Beberapa layanan basis data komersial seperti Dialog, SDC Orbit, Lexis, The New York Times DataBank, dan lainnya, mendaftarkan dirinya ke ARPANET melalui jaringan dial-up.

1973

ARPANET ke luar Amerika Serikat: pada tahun ini, anggota ARPANET bertambah lagi dengan masuknya beberapa universitas di luar Amerika Serikat yakni University College of London dari Inggris dan Royal Radar Establishment di Norwegia.

1974

Vint Cerf dan Bob Kahn mempublikasikan spesifikasi detail protokol Transmission Control Protocol (TCP) dalam artikel "A Protocol for Packet Network Interconnection".

1974

Bolt, Beranet & Newman (BBN), perusahaan kontraktor untuk ARPANET, membuka sebuah versi komersial dari ARPANET yang mereka sebut sebagai Telenet, yang merupakan layanan paket data publik pertama.

1977

Sudah ada 111 buah komputer yang telah terhubung ke ARPANET.

1978

Protokol TCP dipecah menjadi dua bagian, yakni Transmission Control Protocol dan Internet Protocol (TCP/IP).

1979

Grup diskusi Usenet pertama dibuat oleh Tom Truscott, Jim Ellis dan Steve Bellovin, alumni dari Duke University dan University of North Carolina Amerika Serikat. Setelah itu, penggunaan Usenet pun meningkat secara drastis.
Di tahun ini pula,
emoticon diusulkan oleh Kevin McKenzie.

Awal 1980-an

Komputer pribadi (PC) mewabah, dan menjadi bagian dari banyak hidup manusia.
Tahun ini tercatat ARPANET telah memiliki anggota hingga 213 host yang terhubung.
Layanan
BITNET (Because It's Time Network) dimulai, dengan menyediakan layanan e-mail, mailing list, dan juga File Transfer Protocol (FTP).
CSNET (Computer Science Network) pun dibangun pada tahun ini oleh para ilmuwan dan pakar pada bidang ilmu komputer dari
Purdue University, University of Washington, RAND Corporation, dan BBN, dengan dukungan dari National Science Foundation (NSF). Jaringan ini menyediakan layanan e-mail dan beberapa layanan lainnya kepada para ilmuwan tersebut tanpa harus mengakses ARPANET.

1982

Istilah "Internet" pertama kali digunakan, dan TCP/IP diadopsi sebagai protokol universal untuk jaringan tersebut.
Name server mulai dikembangkan, sehingga mengizinkan para pengguna agar dapat terhubung kepada sebuah host tanpa harus mengetahui jalur pasti menuju host tersebut.
Tahun ini tercatat ada lebih dari 1000 buah host yang tergabung ke Internet.



Sumber: www.wikipedia.com



MENGENAI WEBSITE

Tujuan Utama JaME
Tujuan utama JaME adalah untuk mempopulerkan musik Jepang yang kontemporer kepada publik Eropa dan Amerika Asia & Oceania serta belahan dunia lainnya. Sarana utama JaME dalam misi ini tentu saja situs internet kami yang sudah dikenal JmusicEuropa.com, JmusicAmerica.com dan JmusicEastAsia.com.

Tujuan kedua
Tujuan kami yang berikutnya adalah ikut terlibat dalam memberi bantuan kepada artis – artis Jepang dalam menghubungkan dan berasosiasi dengan Eropa serta Amerika. Kami bekerja untuk mendukung artis – artis dan manajemen mereka seperti membantu mereka mengekspor musik mereka lebih banyak pendengar. Kami bercita-cita untuk dapat membentuk hubungan kerekanan yang kuat sehingga kami dapat membaharui pengertian kami akan tujuan – tujuan kami bersama dan juga harapan – harapan yang ada. JaME sadar secara penuh akan perbedaan – perbedaan dan cara operasi yang nyata antara negara dan benua yang berbeda. Untuk itu kami berusaha sekuat tenaga untuk memastikan bahwa kami menghormati dan dapat menyesuaikan kebutuhan dari pihak – pihak yang berurusan dengan kami.
Sebagai tambahan, JaME juga aktif sebagai suatu jasa untuk mempromosikan dan mendukung aktifitas – aktifitas di seluruh Eropa, Amerika dan East Asia yang berhubungan dengan musik Jepang.

Awal Terbentuknya JaME
JaME berkembang dari JrockFrance.com yang bermula di tahun 1999 bersamaan dengan fanzine Visual Kei “Prototype”. Di tahun 2001, website ini diambil alih dari fanzine tersebut dan mulai mengembangkan diri, sebelum pada akhirnya bergabung dengan www.jpopfrance.com. Karena popularitas dan pertumbuhan yang pesat, di tahun 2003 sebuah proyek kerjasama yang melibatkan kontributor dari Perancis, Italy, Polandia dan Jerman dimulai. Wujud pertama dari JmusicEuropa.com lahir. Asosiasi yang semakin berkembang JaME (Japanese Music Entertainment) lahir di tahun 2004. Tujuan JaME adalah mencoba mempromosikan musik Jepang yang kontemporer melalui pengembangan dan pembuatan berbagai bentuk media yang berhubungan dengan musik Jepang. JaME juga bercita – cita untuk membuat jaringan dengan artis – artis Jepang untuk mengorganisir/ co-organisir konser di Eropa. Hal ini secara alami mengarahkan JaME dalam penyediaan koneksi antara artis Jepang dan promoter/distributor Eropa dalam membantu pengadaan konser dan/atau sponsorsip dan juga pendistribusian musik Jepang ke seluruh Eropa.

JaME Saat Ini
Saat ini JaME dikunjungi rata - rata lebih dari 15,000 pengunjung setiap harinya, dengan 150,000 halaman yang dilihat. Dengan pemberitahuan yang rutin akan setiap event besar di Eropa seperti kemunculan Mana di France Expo atau kunjungan Dir en grey ke Eropa dan lainnya, alat penghitung seringkali menembus angka 20,000 ke atas. JaME saat ini tersedia dalam berbagai pilihan bahasa yang dihasilkan oleh sebuah tim dengan anggota lebih dari 100 orang dari negara – negara yang berbeda di seluruh dunia. Aspek multi-bahasa dari JaME adalah sebuah komitmen akan keyakinan kami akan pentingnya menghadirkan informasi mengenai musik Jepang yang dapat diakses oleh semua pihak.

Di tahun 2005 JaME meluncurkan JmusicAmerica yang merupakan situs bayangan dari JmusicEuropa yang sebenarnya tapi memasukkan informasi yang spesifik serta pengumuman event di benua Amerika.

Tahun 2007 JaME meluncurkan JmusicEastAsia&Oceania yang merupakan pengembangan baru dari JmusicEuropa serta JmusicAmerica. Dengan JmusicEastAsia ini diharapkan musik Jepang akan semakin tersebar luas di belahan negara lainnya.

Mengapa Yakin akan JaME?
Mengapa banyak orang mengandalkan JaME? Penting untuk memahami bahwa tim JaME terbentuk dari para sukarelawan dengan semangat yang kuat untuk musik Jepang. Inti JaME berputar di sekitar perkembangan musik Jepang di Eropa dan Amerika. Dari tahun 1999 ke depan JaME telah betumbuh dan menginspirasi orang – orang untuk memahami musik Jepang, dan sebaliknya membangun sebuah mentalitas untuk menyebarkan musik Jepang lebih jauh lagi. Energi inilah yang memberi semangat bagi para pihak yang bekerja dengan dan untuk JmusicEuropa.com, JMusicAmerica.com serta JmusicEastAsia.com. JaME telah melewati segala pengharapan dari sejak berawal sebagai sebuah situs fan untuk meraih kualitas yang tinggi. Meskipun JaME memang belum menjadi sebuah perusahaan, tetapi kami juga melakukan apapun yang termasuk dalam penyediaan jasa termasuk promosi serta program donasi untuk mensuport website kami serta aktifitas lainnya. JaME telah selalu ada dan akan selalu menjadi sebuah sarana akhir kepada para fans, asosiasi, komunitas, dan artis untuk kemajuan dan perkembangannya. Jangkauan JaME adalah sebatas imajinasi orang- orang yang menggunakannya.

Tanggal Penting dalam Sejarah JaME
1999: Pembentukan fanzine Visual Kei Perancis “PROTOTYPE” tentang Visual Kei
2000: Pembentukan website Visual kei berbahasa Perancis “Ongaku da!”. Website ini merupakan tanda terimakasih secara online dari fanzine “PROTOTYPE”
2001: Pembentukan website musik Jepang berbahasa Perancis “Japan Music”.
2002: “Ongaku da!” dan “Japan Music” bergabung dan menjadi “JrockFrance.com”
Maret 2004: JrockFrance.com berkembang menjadi “JmusicEuropa.com”
Musim Semi 2004: JmusicEuropa.com membentuk kerjasama promosi pertamanya untuk konser Japanese Rock di Perancis. Tak lama kemudian asosiasi yang sama mengambil tempat di Jerman.
Musim Panas 2004: Tim JmusicEuropa disertai promoter – promoter Eropa mensuport serta membuat proyek – proyek untuk mengembangkan musik Jepang di Eropa.
Musim Gugur 2004: Sebagai jawaban akan kesuksesan yang berlimpah dan tak terduga dari situs ini, dengan bertambahnya jumlah wawancara dengan artis Jepang dan sebagainya, situs ini mengembangkan dan membentuk inkarnasi keduanya menjadi “JaME Europa”.
January 2005: Pembentukan resmi dari asosiasi Japanese Music Entertainment yang bertanggung jawab akan JaME.
Musim Semi 2005: JaME menayangkan interview ekslusif perdana secara online dengan beberapa artis rock Jepang memecahkan monopoli pembahasan Visual Kei. Musim Panas 2005: JaME Co-organisir konser musik Jepang di Inggris, Swedia dan Finlandia. Sebelumnya konser – konser tersebut baru diadakan di Perancis atau Jerman.
Musim Gugur 2005: Sebagai respons untuk sejumlah permintaan space iklan yang berhubungan dengan event/toko musik Jepang dan lainnya serta kebutuhan untuk perkembangan situs ini sendiri, website JaME didesain ulang dan Versi Ketiga dari JaME pun diluncurkan.
Akhir Musim Gugur 2005: JaME America diluncurkan sebagai jawaban untuk para fans musik Jepang di Amerika Latin (Mexico, Chilli dan Brazil). Amerika Utara juga diwakilkan dalam versi Bahasa Perancis dan Bahasa Inggris.
Awal 2006: JaME terlibat secara resmi dengan para promotor di Amerika Latin yang ingin mengubungi dan mengorganisir konser - konser Musik Jepang.

Musim Semi 2006: JaME meluncurkan inkarnasi ke Empat website ini. Desain baru ini didesain secara khusus untuk mewakili serta menjawab dukungan dan iklan dari event – event serta rekan – rekan yang dipromosikan dan didukung oleh JaME.

Sumber: www.Solar-Aid.org

Sistem Komunikasi Serat Optik

AGUS HERMAWAN

031214


SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

  • Pendahuluan

Perkembangan dan penerapan teknologi telekomunikasi dunia yang berkembang dengan cepat, secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan sistem telekomunikasi Indonesia. Beroperasinya satelit telekomunikasi Palapa dan kemudian pemakaian SKSO (Sistem Komunikasi Serat Optik) di Indonesia merupakan bukti bahwa Indonesia juga mengikuti dan mempergunakan teknologi ini di bidang telekomunikasi.

Tidak disangkal lagi bahwa serat optik akan memberikan kemungkinan yang lebih baik bagi jaringan telekomunikasi. Serat optik adalah salah satu media transmisi yang dapat menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Berlainan dengan media transmisi lainnya, maka pada serat optik gelombang pembawanya tidak merupakan gelombang elektromagnet atau listrik, akan tetapi merupakan sinar/cahaya laser.

Sistem telekomunikasi ini sebenarnya sudah diteliti sejak lama, tetapi karena banyaknya kesulitan atau hambatan yang timbul terutama di dalam usaha menghilangkan kotoran dalam pembuatan serat optik. Kotoran di dalam serat optik dapat mengakibatkan rugi-rugi transmisi dan dispersi yang tidak sempurna.

Sebagaimana namanya maka serat optik dibuat dari gelas silika dengan penampang berbentuk lingkaran atau bentuk-bentuk lainnya. Pembuatan serat optik dilakukan dengan cara menarik bahan gelas kental-cair sehingga dapat diperoleh serabut/serat gelas dengan penampang tertentu. Proses ini dikerjakan dalam keadaan bahan gelas yang panas. Yang terpenting dalam pembuatan serat optik adalah menjaga agar perbandingan relatif antara bermacam lapisan tidak berubah sebagai akibat tarikan. Proses pembungkusan seperti pemberian bahan pelindung atau proses pembuatan satu ikat kabel yang terdiri atas beberapa buah hingga ratusan kabel pengerjaannya tidak berbeda dengan pembuatan kabel biasa.



  • Keunggulan Transmisi Serat Optik

Sistem transmisi serat optik ini dibandingkan dengan teknologi transmisi yang lain mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :

  1. Redaman transmisi yang kecil.

    Sistem telekomunikasi serat optik mempunyai redaman transmisi per km relatif kecil dibandingkan dengan transmisi lainnya, seperti kabel coaxial ataupun kabel PCM. Ini berarti serat optik sangat sesuai untuk dipergunakan pada telekomunikasi jarak jauh, sebab hanya membutuhkan repeater yang jumlahnya lebih sedikit.

  2. Bidang frekuensi yang lebar

    Secara teoritis serat optik dapat dipergunakan dengan kecepatan yang tinggi, hingga mencapai beberapa Gigabit/detik. Dengan demikian sistem ini dapat dipergunakan untuk membawa sinyal informasi dalam jumlah yang besar hanya dalam satu buah serat optik yang halus.

  3. Ukurannya kecil dan ringan

    Dengan demikian sangat memudahkan pengangkutan pemasangan di lokasi. Misalnya dapat dipasang dengan kabel lama, tanpa harus membuat lubang polongan yang baru.

  4. Tidak ada interferensi

    Hal ini disebabkan sistem transmisi serat optik mempergunakan sinar/cahaya laser sebagai gelombang pembawanya. Sebagai akibatnya akan bebas dari cakap silang (cross talk) yang sering terjadi pada kabel biasa. Atau dengan perkataan lain kualitas transmisi atau telekomunikasi yang dihasilkan lebih baik dibandingkan transmisi dengan kabel. Dengan tidak terjadinya interferensi akan memungkinkan kabel serat optik dipasang pada jaringan tenaga listrik tegangan tinggi (high voltage) tanpa khawatir adanya gangguan yang disebabkan oleh tegangan tinggi.

  5. Kelebihan lain, antara lain

Adanya isolasi antara pengirim (transmitter) dan penerimanya (receiver), tidak ada ground loop serta tidak akan terjadi hubungan api pada saat kontak atau terputusnya serat optik. Dengan demikian sangat aman dipasang di tempat-tempat yang mudah terbakar. Seperti pada industri minyak, kimia, dan sebagainya.


Kabel Coaxial

Kabel Serat Optik

Delay

0.005 ms/km

0.048 ms/km

Keamanan

- aman dari penyadapan
- tidak dapat di jamming

- aman dari penyadapan
- tidak dapat di jamming

Penambahan kanal
Kapasitas kanal
Transmisi TV
Broadcast
Transmisi data
Umur sistem
MTBF

memasang kabel baru
sedang-besar
baik, tidak ekonomis
tidak dapat
baik, tidak praktis
lebih dari 25 tahun
± 10 tahun

memasang kabel baru
sedang-besar sekali
baik dan ekonomis
tidak dapat
baiksekali
lebih dari 25 tahun
± 10 tahun

  • Prinsip Kerja Transmisi pada Serat Optik

Berlainan dengan telekomunikasi yang mempergunakan gelombang elektromagnet maka pada serat optik gelombang cahayalah yang bertugas membawa sinyal informasi. Pertama-tama microphone merubah sinyal suara menjadi sinyal listrik. Kemudian sinyal listrik ini dibawa oleh gelombang pembawa cahaya melalui serat optik dari pengirim (transmitter) menuju alat penerima (receiver) yang terletak pada ujung lainnya dari serat. Modulasi gelombang cahaya ini dapat dilakukan dengan merubah sinyal listrik termodulasi menjadi gelombang cahaya pada transmitter dan kemudian merubahnya kembali menjadi sinyal listrik pada receiver. Pada receiver sinyal listrik dapat dirubah kembali menjadi gelombang suara.

Tugas untuk merubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau kebalikannya dapat dilakukan oleh komponen elektronik yang dikenal dengan nama komponen optoelectronic pada setiap ujung serat optik.

Dalam perjalanannya dari transmitter menuju ke receiver akan terjadi redaman cahaya di sepanjang kabel serat optik dan konektor-konektornya (sambungan). Karena itu bila jarak ini terlalu jauh akan diperlukan sebuah atau beberapa repeater yang bertugas untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman.

  • Jenis Serat Optik

Berdasarkan sifat karakteristiknya maka jenis serat optik secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

  1. Multimode

    Pada jenis serat optik ini penjalaran cahaya dari satu ujung ke ujung lainnya terjadi dengan melalui beberapa lintasan cahaya, karena itu disebut multimode. Diameter inti (core) sesuai dengan rekomendasi dari CCITT G.651 sebesar 50 m m dan dilapisi oleh jaket selubung (cladding) dengan diameter 125 m m.

    Sedangkan berdasarkan susunan index biasnya serat optik multimode memiliki dua profil yaitu graded index dan step index. Pada serat graded index, serat optik mempunyai index bias cahaya yang merupakan fungsi dari jarak terhadap sumbu/poros serat optik. Dengan demikian cahaya yang menjalar melalui beberapa lintasan pada akhirnya akan sampai pada ujung lainnya pada waktu yang bersamaan. Berlainan dengan graded index, maka pada serat optik step index (mempunyai index bias cahaya sama) sinar yang menjalar pada sumbu akan sampai pada ujung lainnya dahulu (dispersi) Hal ini dapat terjadi karena lintasan yang melalui poros lebih pendek dibandingkan sinar yang mengalami pemantulan pada dinding serat optik. Sebagai hasilnya terjadi pelebaran pulsa atau dengan kata lain mengurangi lebar bidang frekuensi.

    Oleh karena itu secara praktis hanya serat optik graded index sajalah yang dipergunakan sebagai saluran transmisi serat optik multimode.

  2. Single Mode

Serat optik single mode/monomode mempunyai diameter inti (core) yang sangat kecil 3 – 10 m m, sehingga hanya satu berkas cahaya saja yang dapat melaluinya. Oleh karena hanya satu berkas cahaya maka tidak ada pengaruh index bias terhadap perjalanan cahaya atau pengaruh perbedaan waktu sampainya cahaya dari ujung satu sampai ke ujung yang lainnya (tidak terjadi dispersi). Dengan demikian serat optik singlemode sering dipergunakan pada sistem transmisi serat optik jarak jauh atau luar kota (long haul transmission system). Sedangkan graded index dipergunakan untuk jaringan telekomunikasi lokal (local network).

Bit rate
( Mbit/dt )

Jarak repeater
multimode

Jarak repeater
singlemode

140
280
420
565

30
20
15
10

50
35
33
31

Tim Elektron HME-ITB
elektron@hme.ee.itb.ac.id


Budaya dan Konsep Teknologi

Agus Hermawan

031214

BUDAYA DAN KONSEP TEKNOLOGI

Sinergi Seni dan Teknologi Menuju Peradaban Manusia Yang Unggul

Sabtu, 18 - Juni - 2005, 19:18:09

“Dalam kehidupan kita hari-hari ini, berbagai pendapat yang mempertentangkan praksis sains dan teknologi secara bipolar masih sering terdengar. Sudah tentu, diskursus tersebut tidak mungkin muncul tanpa sejarah. Salah satu sebabnya, boleh jadi ialah karena pemahaman umum tentang teknologi-sebagai perpanjangan tangan dari sains modern-yang dianggap selalu berurusan dengan kepastian rasional dan serba keterukuran dalam logika positivisme.

Sedangkan seni atau lebih khusus lagi , seni rupa modern, umumnya dilihat sebagai praksis filosofis yang justru identik dengan berbagai ketidakpastian, penafsiran personal dan subyektifitas. Pertentangan bipolar itu juga terkait dengan pandangan khalayak yang di satu sisi memahami teknologi sebagai perwujudan nyata dari cita-cita kemajuan peradaban modern secara konkrit, berdampak pada kehidupan manusia. Sementara di sisi lain, melihat seni sebagai aktualisasi pengalaman batin, intuisi, dunia pra-reflektif manusia dan khasanah rasawi yang tak terjamah”.

Demikian paparan dari Agung Hujatkajennong pada diskusi yang berlangsung dalam rangka pameran “Video Sculpture di Jerman Sejak 1963″ di ITB, 9 Juni lalu. Pendapat-pendapat tersebut memang tidak sepenuhnya keliru melihat pemisahan yang secara sadar atau tidak memang dilakukan oleh para pelaku teknologi dan seni tersebut. Pemisahan ini tidak terlepas dari ambisi manusia sendiri untuk mengejar modernitas, menciptakan spesialisasi dalam bidang-bidang kehidupan manusia demi terwujudnya praktik dan disiplin keilmuan yang otonom.

Sejarah sendiri mencatat bagaimana pada paruh pertama abad 20, kedua bidang tersebut telah menghasilkan puncak-puncak penemuan dalam kebudayaan modern, dimana eksperimentasi dan riset menjadi tulang punggung dalam pencapaian kesejahteraan manusia. Namun berbagai penemuan tersebut semakin memisahkan seni dan teknologi di masa itu hingga menjangkau dalam tataran konsep. Keterkaitan antara keduanya hanya samar-samar terlihat dalam hal keinginan untuk terus menemukan sesuatu yang baru.

Tetapi dalam dekade 60-an, terjadi perubahan mendasar dalam konsep tersebut. Kehadiran genre video art mempertemukan dua perangkat tersebut yang bagai dua sisi mata uang logam. Memang tidak bisa dipungkiri kehadiran kamera, film, dan video telah menciptakan sintesa antara dunia imaji dalam seni dengan perangkat teknologi reproduksi mekanik. Kelahiran fotografi dan sinema telah membawa perubahan besar dalam kebudayaan manusia. Sebuah pendobrakan terhadap tataran konsep pemisahan seni dan teknologi.

Menanggapi berkembangnya video art, Agung menjelaskan bahwa seni yang hadir lewat teknologi video memiliki ciri unik sendiri. Secara sejarah, karya-karya dalam video art menuntut kita untuk mendefinisikan kembali model persepsi estetik secara baru karena karakter-karakter inheren medium video yang khusus membedakan dengan seni lukis, tari, teater, bahkan sinema sekalipun. Video merupakan rangkaian citra bergerak dan suara yang terikat dengan waktu berbeda dengan lukisan. Karya-karya purwarupa video art juga mendeskontruksi konvensi narasi dan pola yang penting hadir dalam sinema/film. Ketika fotografi dan film/sinema hadir sebagai kebaruan dari teknologi dan seni, video art justru lahir dari kecurigaan dan kritisme terhadap seni dan teknologi.

Salah satu fenomena yang menjadi kritik terhadap seni dan teknologi adalah televisi. Televisi yang hadir dalam dekade 60-an, menjadi sebuah jarkon teknologi informasi yang sangat agresif. Kebutuhan akan televisi telah memicu lahirnya sistem komunikasi yang baru. Sistem komunikasi ini yang mampu mendorong perubahan sosial, politik, ekonomi secara besar-besaran dalam kehidupan manusia. Sejak pertama kali televisi ditemukan telah menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan hiburan, informasi, pendapat bahkan ideologi yang terselubung. Kritik yang sama terhadap budaya TV dan budaya tontonan juga ditampilkan dalam pameran video art bulan ini.

Video art yang hadir dalam bentuk kritisme terhadap seni dan teknologi disajikan dalam bentuk berbeda. Dimana seni dan peralatan teknologi sendiri digunakan untuk menggambarkan kritik tersebut. Sejak berkembangnya video art sampai sekarang, penggunaan perangkat teknologi terbaru juga menyertai setiap karya yang hadir. Video art hadir dalam berbagai bentuk teknologi visual yang secara konseptual seiring dengan diskursus yang berkembang dalam praksis seni rupa.

Terlepas dari kehadiran video art sebagai bentuk kritik, teknologi dan seni memang berada dalam sebuah konteks sama mengusung pada kemajuan budaya manusia. Pada tataran tertentu video art memang merupakan sinergi paling menguntungkan antara seni dan teknologi. Di satu sisi, penemuan-penemuan teknologi telah menyumbangkan sistem bahasa yang baru bagi seni, sehingga perkembangan seni tidak mandeg dengan kanon-kanon yang klasik seperti seni lukis dan seni patung saja. Perkembangan arus informasi dan makin gemerlapnya dunia dengan teknologi, seharusnya dilengkapi dengan keterlibatan seni dalam perkenalan dengan manusia. Seni sebagai sebuah imaji batin yang mampu dirasa bersanding dengan penerapan teknologi yang agresif. Dengan tujuan yang sama untuk memajukan budaya manusia sekaligus mensejahterakannya.

Diakhir diskusi tersebut, Agung menyampaikan, proses-proses kreatif yang hadir dari seni, seharusnya bisa menjadi stimulan yang baik bagi para saintis/teknokrat dan seniman di Indonesia untuk lebih memahami proses perubahan budaya di masyarakat berkaitan dengan adaptasi dan aplikasi seni dan teknologi. Kolaborasi di antara pihak-pihak tersebut akan mengembalikan praksis seni dan teknologi pada fitrahnya sebagai techne.
Trackback

* Trackback URI:http://www.itb.ac.id/news/trackback/577